UHO Presentasikan Pengelolaan Mangrove di Jepang
Senin, 04 March 2024

UHO Presentasikan Pengelolaan Mangrove di Jepang

Tsukuba, Pusat Media. Japan International Research Center for Agricultural Sciences (JIRCAS) meminta Universitas Halu Oleo (UHO) untuk berpartisipasi dalam lokakarya internasional tentang Pengelolaan dan Pemantauan Mangrove yang diadakan tanggal 4 – 5 Maret 2024 di Tsukuba, Ibaraki, Jepang. Secara khusus, JIRCAS mengundang Rektor UHO (Prof. Dr. Muhammad Zamrun), Wakil Rektor IV (Prof. Armid, D.Sc.), Direktur Pascasarjana (Prof. Dr. Takdir Saili) dan beberapa peneliti yaitu Viska Inda Variani, S.Si., M.Si. dan Prof. Analuddin, Ph.D. Untuk menyampaikan presentasi berjudul “Mangrove management and conservation for enhancing social-ecological systems in the Coral Triangle Area, Southeast Sulawesi, Indonesia”, Prof. Analuddin tampil sebagai Keynote Speaker.

Dalam paparannya, Prof. Analuddin mengemukakan bahwa ekosistem mangrove merupakan salah satu ekosistem pesisir dan laut yang paling menarik yang tersebar di 118 negara, termasuk Indonesia sebagai kawasan mangrove terluas di dunia. Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tahun 2021 menunjukkan 66.165,72 ha kawasan hutan mangrove berada di Sulawesi Tenggara. Ekosistem mangrove di kawasan segitiga terumbu karang Sulawesi Tenggara memiliki beberapa peran penting, antara lain sebagai ekosistem kunci di pesisir dan pulau-pulau kecil, penyerap dan penyimpan karbon, pengekspor karbon dan unsur hara, habitat berbagai organisme laut yang memiliki nilai ekonomi tinggi, penyaring polutan secara hayati, dan lain-lain.

Namun disayangkan, kawasan mangrove di Indonesia —termasuk di Sulawesi Tenggara— telah menurun dengan cepat dalam beberapa dekade terakhir dan sebagian besar habitat mangrove yang tersisa mengalami eksploitasi yang tidak berkelanjutan terutama di kawasan mangrove yang tidak dilindungi. Degradasi ekosistem mangrove di kawasan tersebut akan meningkatkan kerentanan dan mengurangi jasa ekosistem mangrove yang akan berdampak signifikan terhadap lingkungan, ekonomi dan sosial. Sementara itu, kawasan mangrove yang dilindungi menunjukkan kerentanan yang lebih rendah dengan surplus manfaat ekosistem. 

Oleh karena itu, sejumlah upaya harus dilakukan untuk mengurangi kerentanan mangrove dan mempertahankan manfaat ekosistem yang sangat besar dengan menerapkan beberapa praktik manajemen mangrove. Prof. Analuddin mengemukakan beberapa praktik yang berorientasi pada: 1) karbon biru seperti re-vegetasi alami, penanaman buatan dan pengelolaan mangrove yang ada; 2) nutrisi biru berupa diversifikasi perikanan berkelanjutan, silvofishery semi-tertutup, pengembangan nutrisi biru dan antioksidan; dan 3) pengembangan kota urban dengan remediasi biologis biru serta perlindungan pesisir —termasuk segala upaya penelitian dan pengembangan lainnya. Upaya-upaya tersebut memungkinkan pengikatan sistem sosial-ekologi di wilayah pesisir Indonesia, khususnya di Sulawesi Tenggara sebagai bagian tengah dari kawasan segitiga terumbu karang.
Lokakarya bertema “Mangrove Management and Monitoring: Long-term mangrove monitoring considering the climate change risks” yang diinisiasi oleh JIRCAS ini, merupakan ikhtiar berbagi pengetahuan dan praktik dalam mengelola dan memantau hutan mangrove yang berkelanjutan serta untuk memperkuat jaringan penelitian terkait mangrove. Turut terlibat di dalamnya sejumlah pembicara dari Malaysia, India, Filipina, Selandia Baru, dan Jepang sebagai tuan rumah. UHO adalah satu-satunya universitas yang diminta untuk menyampaikan presentasi mengenai tren konservasi dan pengelolaan mangrove di Indonesia. Bagi UHO sendiri, lokakarya ini merupakan bagian dari bentuk implementasi awal dari Joint Research Program antara JIRCAS dan UHO.***

Bagikan ke
atau copy link ini